Thursday, August 19, 2010

fakta tentang nazi

Adolf Hilter merupakan ketua puak-puak Nazi. Beliau mempunyai kawan rapat dari agama Islam dari Mesir. Beliau mempercayai agama islam itu benar  tetepi ramai yang sangsi tentang kebenaran itu. Beliau mungkin tidak memeluk agama islam,oleh sebab itu,mereka dikenalisebagai penjahat. Semua ahli nazi yang terlibat dalam perperangan dengan yahudi (israel). Mereka telah berjaya membunuh semua orang yahudi (israel) pada perperangan tersebut. Hilter mengatakan bahawa yahudi (israel) mempunyai ramai lagi puak. Oleh itu, mereka tidak mempunyai peluang untuk membunuh puak yang lain itu. Yahdi (israel) mempunyai satu lagi puak di dalam dunia ini (hari ini).hanya puak

12 puak israel ialah:
>Reuben
>Simeon
>Levi
>Judah
>Dan
>Naphtali
>Gad
>Asher
>Issachar
>Zebulun
>Joseph
     >Manasseh
     >Ephraim
>Benjamin

Hitler vs Pink Triangle; Perang Nazi Melawan Sifilis, Homoseks, dan Penghancuran Seksologi

Rosa Winkel, atau Pink Triangle, adalah badge yang disematkan untuk menandai tahanan gay atau laki-laki homoseksual di kamp konsentrasi Nazi. Antara tahun 1933-1945, sekira 100.000 orang homoseksual masuk tahanan di negeri yang--khususnya di Berlin--sebelum masa Third Reich cukup liberal dalam hal homoseksualitas.


Mereka inilah yang diberi label segitiga merah jambu, dan mengalami penyiksaan hingga eksperimen keji yang dilakukan oleh tentara Nazi. Eugene Kogon dalam bukunya Der SS-Stat mengatakan: "Pada musim gugur 1944 ... anggota SS-Strumbannfuhrer DR. Vaernet ... muncul di Kamp Konsentrasi Buchenwald.



Dengan izin Himmler ... Vaernet memulai serangkaian eksperimen yang bertujuan untuk menghapus homoseksualitas. Dilakukan penanaman hormon sintetik pada perut bagian bawah sejumlah laki-laki untuk mengubah orientasi seksual mereka. 15 orang yang dijadikan kelinci percobaan ... mati akibat operasi ini. Yang lain tewas beberapa minggu kemudian karena terlalu lemah."



Homoseksualitas, sebagaimana sifilis dan prostitusi, adalah fenomena-fenomena yang oleh Hitler dalam Mein Kampf , disebut-sebut sebagai cultural degeneration (kemerosotan budaya). Gay tidak mendukung reproduksi dan menjaga kemurnian darah Aria, karena itu mereka menjadi musuh Nazi. Kebencian berlebihan Hitler terhadap homoseksualitas menilaskan rumor dan pertanyaan. Apakah Hitler sendiri seorang gay?



Jika Hitler Seorang GayDalam film A Love to Hide yang berkisah tentang cinta dan nasib seorang gay di masa Hitler berkuasa, dituturkan betapa nista dan ngerinya menjadi seorang gay di bawah kekuasaan Hitler. Adalah Jean, pemuda tampan, baik, dan pintar, kesayangan keluarga yang ternyata seorang gay atau homoseks.



Di masa remajanya, Jean sempat menjalani cinta monyet bersama seorang perempuan Yahudi bernama Sara. Sara sekian lama menghilang karena ditangkap tentara Nazi, tetapi kemudian berhasil meloloskan diri dan menemui Jean dalam keadaan syok dan trauma. Jean yang sudah menjadi seorang gay menampung Sara dan menempatkannya di rumah pasangan homoseksualnya.



Jean juga memberikan identitas baru pada Sara sebagai seorang perempuan Perancis bernama Yvonne Brunner dan mempekerjakannya di tempat binatu milik keluarga Jean.

Sara yang masih tetap mencintai Jean sempat syok ketika mengetahui bahwa ternyata Jean sudah berubah menjadi seorang gay.



Tapi perlahan ia mulai bisa menerima kenyataan itu dan bahkan tetap mencintai Jean dengan setulus hatinya. Ia bahkan mengangankan Jean bisa kembali normal atau setidaknya menjadi seorang biseksual sehingga mereka bisa hidup bahagia bertiga. Tapi film ini bukan film kisah cinta segitiga yang biasa-biasa saja.



Persoalan yang diangkat kemudian bukanlah kisah cinta Jean atau Sara, melainkan tentang apa yang dialaminya Jean ketika akhirnya ditangkap polisi Perancis dan diserahkan pada tentara Nazi. Jean sebagai homoseksual ditempatkan dan dikelompokkan oleh tentara Nazi bersama tahanan lain yang mengenakan simbol Pink Triangle atau segitiga merah jambu di dada mereka.





"Tahanan berlabel Pink Triangle mengalami nasib yang 'lebih buruk dan lebih nista' daripada seekor anjing," jelas seorang tahanan Pink Triangle pada Jean saat mereka dalam perjalanan menuju sebuah kamp konsentrasi. Pada awalnya Jean tidak mau mempercayai yang dikatakan tahanan itu, tapi kenyataan yang dilihat dan dialaminya memang membuktikan kebenaran penjelasan tahanan itu.



Ketika seorang tahanan berlabel Pink Triangle terjatuh di tempat kerja paksa, maka seketika itu, detik itu juga, tentara pengawas langsung menembaknya di kepala. Ada juga tahanan lain yang ditelanjangi dan dibakar hidup-hidup di depan Jean. Semua kekejaman mengerikan itu dilakukan oleh tentara Nazi sambil tertawa-tawa, seolah mereka membunuh seekor anjing yang paling hina.



Jean yang terjebak dalam penyekapan mengerikan karena ulah jahat adiknya sendiri yang mencintai Sara, selalu berusaha melawan dan membela kekejian tentara Nazi dalam menyiksa dan membantai kaum homoseks. Ia tidak dibunuh karena ia orang Perancis, bukan gay warga Jerman atau Yahudi. Istilah yang menjadi alasan penahanannya adalah re-edukasi.



Tapi karena keberaniannya membela tahanan Pink Triangle lainnya, Jean akhirnya dibuang ke kamp konsentrasi Dachau yang terkenal sebagai kamp konsentrasi paling keji dan mengerikan. Di Dachau Jean benar-benar disiksa habis-habisan dan dijadikan kelinci percobaan. Ia mengalami penyiksaan secara seksual dan juga berbagai eksperimen mengerikan yang dilakukan tentara-tentara Nazi.



Ketika akhirnya Jean dikembalikan ke negaranya, saat kekuasaan Hitler berakhir, ia sudah seperti mayat hidup yang menunggu mati. Sara dan ayah-ibu Jean yang setia menantinya, menerima kedatangan kembali Jean dengan tangis pilu tanpa suara. Hanya beberapa hari bersama orang-orang yang mencintainya, Jean akhirnya meninggal di tengah-tengah mereka.



Dalam salah satu dialog antara Jean dengan adiknya saat rahasia dirinya terbongkar oleh sang adik, Jean berkata: "Apakah kau memilih bermata biru saat dilahirkan? Apakah kau memilih berambut pirang saat dilahirkan? Aku pun tidak memilih untuk mencintai sesama lelaki. Seperti itulah cinta.



Kau tidak pernah tahu betapa beratnya menanggung dan merahasiakan cintamu karena masyarakat menistakan cintamu." Di bagian lain, ketika tentara Hitler menyiksanya, mereka mengutuk dan menyumpahi Jean sebagai aib bagi bangsa dan negaranya. "Kau mempermalukan bangsa dan negaramu, Homo! Kau adalah aib besar bagi bangsamu karena itu kau dikirim kemari!"



Lalu tentara-tentara itu menghajar dan menyiksanya lagi. Tapi Jean jelas tak mungkin berubah meski disiksa dan dianiaya sampai mati. Ia memang seorang gay, seorang lelaki yang mencintai lelaki lainnya sama seperti lelaki yang mencintai seorang perempuan. Seperti dikatakan Jean pada adiknya, ia menjadi homoseksual sama seperti seseorang dilahirkan dengan mata biru atau rambut pirang.



Jean menegaskan bahwa kondisi dirinya adalah sesuatu yang berada di luar kekuasaannya. Kondisi itu adalah satu keterbatasan yang diberikan pada dirinya tanpa bisa ditawar, sebagaimana seseorang dilahirkan tanpa bisa memilih kualitas-kualitas tertentu. Di era kekuasaan Hitler, argumen semacam ini jelas tak mungkin diterima oleh masyarakat, bangsa, dan negara. Yang terjadi justru sebaliknya.



Menurut catatan US Memorial Holocaust, pada masa Hitler berkuasa, persisnya sepanjang tahun 1933 sampai 1945, tercatat sedikitnya 100.000 orang homoseksual ditangkap dan disiksa di kamp-kamp konsentrasi. Dari jumlah itu, 10.000 sampai 15.000 meninggal karena penyiksaan dan eksperimen keji yang dilakukan tentara Nazi.



Sungguh jumlah yang sangat besar sebagai sebuah pembantaian atau kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity). Pembantaian terhadap kaum homoseksual dan perang Hitler melawan pelacuran adalah sebuah penghancuran sistematis terhadap sexology dan sekaligus merupakan kejahatan kemanusiaan yang sangat besar.



Entah apa yang merasuki Hitler sampai kebenciannya teramat sangat besar pada kaum homoseks dan praktik-praktik perilaku seksual lainnya yang dianggap tidak bermoral atau menodai bangsa. Hitler memang seorang maniak dan psikopat yang haus darah, tapi ini pun tidak cukup menjelaskan tindakan yang dilakukannya pada kaum homoseksual.



Bagaimana Hitler melihat dan mengonsepkan perilaku homoseksual memang tak dapat dilepaskan dari ideologinya yang berbasiskan kebencian dan angkara pada bangsa Yahudi. Jika Hitler pernah sekali saja membayangkan dirinya sebagai seorang gay, mungkin tragedi kemanusiaan yang dialami kaum gay tidak akan dan tidak perlu terjadi.



Atau jika Hitler ternyata sebenarnya seorang gay maka apa yang dilakukannya pada kaum gay mungkin merupakan sebuah cerminan kebencian terhadap dirinya sendiri yang tidak pernah bisa menerima kenyataan bahwa dirinya adalah seorang gay. Tentu saja kita tak pernah tahu kebenaran apa yang ada dalam sosok Hitler.



Bisa saja ia biseksual atau memang dia heteroseksual fanatik-fundamentalis yang sangat membenci orientasi seks sesama jenis. Ada begitu banyak kemungkinan yang bersifat personal dan sulit diungkap pada sosok Hitler, karena itulah sosoknya selalu menjadi kontroversi yang terus-menerus hidup dan menarik perhatian masyarakat dunia, bahkan hingga saat ini.



Munculnya generasi muda sekarang yang terinspirasi dan mengidolakan Hitler adalah bukti betapa kontroversi, ideologi, dan gerakan Nazi yang dipimpin Hitler ternyata masih menyimpan potensi. Sosok Hitler secara fisik memang unik. Dengan perawakan yang terbilang mungil untuk ukuran orang Jerman, ia mampu mengguncang dunia.



Kumis khas dan rambut cepak khas Hitler yang klimis dengan seragam militer kebesarannya sebagai pemimpin besar, juga tetap unik dan mampu menarik perhatian. Dari penampilannya yang cenderung pesolek, sebenarnya tak berlebihan juga bila ada kemungkinan homo atau biseksual pada diri Hitler.



Namun melihat apa yang dilakukannya pada kaum gay di Jerman dan sejumlah negara tetangganya seperti Perancis, maka jika Hitler seorang gay, ia mungkin adalah gay yang sakit hati, frustrasi, broken heart, dan akhirnya mendendam sampai ke tulang sumsum. Mungkin ia dikhianati oleh kekasih gay-nya pada masa muda atau bahkan pada masa ia baru saja mulai berkuasa.



Mungkin ia pernah sangat mencintai dan terobsesi pada seorang lelaki yang sama sekali tak mencintainya dan selalu menolak, apa pun usaha yang dilakukannya. Mungkin juga Hitler adalah homo yang tak pernah berani mengakui dan menyatakan ke-homo-annya sehingga ia sangat frustrasi dan kemudian berbalik membenci kaum gay habis-habisan.



Ada banyak kemungkinan di balik alasan Hitler membantai dan membasmi kaum gay sedemikian kejinya. Ironisnya, kemungkinan-kemungkinan itu justru lebih kuat jika ternyata Hitler sebenarnya adalah seorang gay.



Mungkinkah hal ini benar? Mungkinkah Hitler sebenarnya seorang homoseksual? Dalam teori kehidupan yang sederhana saja, kemungkinan adalah sebuah keluasan samudera yang dalamnya tak terukur. Ini kata orang-orang bijak di seantero dunia.



Dalam film A Love to Hide juga digambarkan bagaimana para perwira tinggi Jerman dalam pasukan Hitler ternyata banyak yang sebenarnya adalah gay atau homoseks. Salah satunya diceritakan naksir Jean dan menjadi backing sebuah pub khusus kaum gay di Perancis. Perwira ini kemudian diceritakan bunuh diri dan memicu tuduhan pada Jean sebagai salah satu penyebabnya.



Nasib Jean di kamp konsentrasi pun semakin buruk karena tuduhan itu. Film ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi dan dialami kaum gay yang ditangkap tentara Hitler. Ada kebenaran faktual yang mendasari film ini. Bisa saja kebenaran ini memperkuat dugaan terhadap Hitler sebagai gay. Jika tidak memperkuat pun, tetap saja ada kemungkinan--sekecil apa pun--Hitler adalah seorang homoseksual.



Dalam sejumlah referensi dan hasil penelitian yang juga menjadi sumber-sumber utama buku ini, diungkapkan juga hal serupa. Para perwira SS, tentara khusus Nazi yang sangat kejam itu, ternyata banyak di antaranya adalah gay.



Di bagian akhir film A Love to Hide, tokoh Sara yang sudah memiliki dua orang cucu, diceritakan berziarah di pemakaman khusus gay korban kekejaman Nazi yang telah dijadikan sebagai monumen khusus untuk memberi pengakuan pada hak-hak kaum gay yang di kamp-kamp konsentrasi pada masa Hitler diberi tanda Pink Triangle.



Sara bersama dua orang cucunya meletakkan setangkai bunga untuk jean yang dimakamkan bersama para gay lainnya di pemakaman khusus itu. Sementara di suatu tempat yang entah di mana--mungkin di neraka--Hitler mungkin menyaksikan kaum gay yang berkumpul di situ dengan perasaan menyesal paling dalam yang bisa dimiliki seseorang. Suatu perasaan yang terus menghantui dan menyiksanya, melebihi siksa neraka apa pun

kata2 pemikir tentang nazi

ENAM juta Yahudi dibunuh dalam dewan beracun oleh tentera Jerman. Pemimpin Jerman, Adolf Hitler melancarkan program pembersihan etnik dan pembunuhan beramai-ramai Yahudi ketika Perang Dunia Kedua di berpuluh kem tahanan di Jerman dan Poland.




Kem seperti Dachau, Buchenwald serta kem tahanan lain di Jerman termasuk kem Auschwitz dan kemudahan induknya Birkenau, Stutthof, Treblinka, Chelmno, Sobibor, Majdanek dan Belzec di Poland dianggap sebagai kem maut bagi Yahudi apabila berjuta orang mati di kem itu.



Banduan Yahudi disumbat ke dalam bilik sebelum dilepaskan gas beracun, menyebabkan mereka mati serta-merta. Malah, penderitaan masyarakat Yahudi akibat dasar kejam Hitler menerusi program Penyelesaian Akhirnya turut digambarkan dengan ribuan gambar mayat bertimbun-timbun di luar kem tahanan itu.



Semua kem di Poland ini dibebaskan tentera Soviet dan tentera bersekutu, menyelamatkan saki baki penduduk Yahudi.



Kisah penderitaan ini dicatatkan dengan penuh dramatik oleh seorang wanita Yahudi menerusi Diari Anne Frank. Diari ini, yang dianggap catatan peribadi paling menakjubkan berdasarkan kesengsaraan yang dialami, dijadikan teks bagi pelajar dan antara rujukan utama kisah kezaliman terhadap Yahudi.



Dalam rencana halaman 12, The Christian Science Monitor bertarikh 10 Ogos 1994 tulisan Jewess Linda Joffe menyatakan, kira-kira 560,000 Yahudi tinggal di Jerman ketika Nazi berkuasa pada 1933 ?Hampir semua Yahudi itu dibunuh.



Kini, hanya 50,000 Yahudi di Jerman,? tulisnya. Penderitaan Yahudi ini diistilahkan sebagai Holocaust atau malapetaka dan kemusnahan besar masyarakat itu ketika Perang Dunia Kedua.



Selepas perang dan sehingga kini, rata-rata masyarakat dunia menganggap Nazi dan rejim Hitler adalah manusia paling keji dalam peradaban dunia. Nazi yang membunuh Yahudi tidak kira wanita, bayi dan kanak-kanak, orang tua atau muda. Beliau dan konconya dianggap anti-Semitik. Penyokongnya digelar anti-Yahudi alias anti-Semitik.



Sebarang kegiatan yang dilihat menggugat Yahudi digelar anti-Semitik, dari era selepas Perang Dunia Kedua dan sehingga ke alaf baru ini. Hakikat kejelikan Hitler dan tenteranya, sudah terpahat utuh dalam sanubari masyarakat dunia. Dunia semakin maju dan penduduk Bumi semakin cerdik dan sentiasa ingin mencari kebenaran dalam setiap fakta menggunakan bahan sejarah dan kaedah saintifik.



Maka terbongkarlah kebenaran, terserlah segala pembohongan dan kesimpulannya, Holocaust adalah rekaan, satu kisah dongeng Yahudi bagi membolehkan mereka meraih simpati, melaksanakan agenda sulit, menguasai dunia dan menghambakan mereka yang tidak sealiran dengan Yahudi.



Kisah Holocaust sebenarnya berasaskan kepada dongeng yang dibina di atas pembohongan, tokok tambah dan rekaan penyedap cerita. Ia sebenarnya berpunca daripada tindakan Hitler yang berjaya membawa Parti Sosialis Kebangsaan menguasai kerajaan dan pada 1933 beliau mula melancarkan gerakan untuk mendesak penduduk Yahudi supaya meninggalkan negara itu dan jika perlu secara paksa. Mereka menggubal akta mengenai perkara itu yang menyekat hak Yahudi untuk bekerja dan berniaga. Semua langkah ini diambil selepas kerajaan Hitler ketika itu merasakan ia perlu dilaksanakan bagi menjamin hak penduduk pribumi dan penganut agama lain kerana bangsa ini, menguasai sepenuhnya bidang perundangan, perubatan, media dan ekonomi.



Pada 1934, masyarakat Yahudi mengutuk Jerman dan memulaukan negara itu dan menjelang Perang Dunia Kedua pada September 1939, hanya 200,000 Yahudi yang masih menetap di Jerman. Dr David Irving, seorang pakar sejarah Britain yang mengkhusus dalam kajian Perang Dunia Kedua menegaskan Holocaust adalah lagenda. Malah, seorang lagi pakar sejarah Britain, Alan Bullock berkata, Hitler tidak pernah mengarahkan Yahudi dibunuh. Ia disokong pakar sejarah lain yang menyatakan tiada satu bukti kukuh Nazi melakukan pembersihan etnik seperti yang didakwa sama ada menerusi ribuan dokumen yang dirampas selepas perang atau kenyataan saksi.



Pada Mei 1988, Irwing, membentangkan laporan yang dibuat oleh Fred A Leuchter, seorang pakar rekaan dan peniruan alat membunuh, termasuk bilik gas beracun. Leuchter yang mengkaji dan mengambil sampel dari bilik kem tahanan Auschwitz, Birkenau dan Lublin menegaskan tiada proses menyalurkan gas beracun berlaku. Malah, apa yang mengejutkan kepada Leuchter, tiada sebarang kesan racun sianida dikesan dalam sebarang bilik kem terbabit. Kajian juga menyatakan sejenis racun yang didakwa digunakan untuk membunuh Yahudi, Zyklon-B, sebenarnya hanya digunakan untuk membunuh serangga. Ini kerana Zyklon-B meninggalkan kesan yang tidak boleh hilang meskipun selepas beratus tahun dan kajian tidak menemui kesan ketara penggunaan racun itu.



Pada 1991, kerajaan Poland mengulangi ujian ini dalam usaha menyangkal hasil penemuan Leuchter, tetapi mereka juga gagal menemui sebarang bukti peristiwa kejam itu berlaku. Kewibawaan mengenai dewan bunuh ini juga amat palsu. Kajian menunjukkan bilik ini hanya sekadar bilik biasa yang tidak kedap udara dan mempunyai ruang udara yang agak besar di lantai dan bawah pintu. Jika benar Jerman menyalurkan gas di bilik terbabit, pasti racun ini turut mematikan tentera. Selain itu tiada peralatan lain bagi melakukan proses itu ditemui. Meskipun dakwaan enam juta orang mati akibat gas beracun, tiada satu pun mayat yang dihimpunkan selepas perang sama ada di kubur besar atau reput di tepi kem tahanan, dijalankan bedah siasat bagi membuktikan punca sebenar kematian mereka.



Masyarakat dunia yang ditunjukkan gambar timbunan mayat ketika perang akibat kezaliman Nazi, sebenarnya tertipu kerana hakikat gambar itu adalah mereka yang mati akibat kebuluran dan wabak penyakit berjangkit atau mangsa bedilan bom tentera Amerika dan sekutunya. Kebanyakan mangsa yang maut itu adalah rakyat Jerman dan hanya segelintir Yahudi. Malah, kajian juga membuktikan, tentera Jerman memerlukan masa 68 tahun untuk menyumbat tahanan dalam bilik beracun seperti di Auschwitz, bagi membunuh enam juta Yahudi. Dicatatkan lagi oleh pakar sejarah, Diari Anne Frank juga palsu kerana sebahagian daripada diari itu ditulis menggunakan pena mata bola. Pen seperti itu belum lagi wujud pada zaman itu.



Sebenarnya, usaha menyangkal pembohongan besar Yahudi ini bermula sejak selepas perang lagi. Seorang rakyat Perancis yang terselamat daripada kem Nazi ini, Paul Rassinier dalam bukunya Le Mensonge d?Ulysse (Pembohongan di Ulysse) pada 1949 serta buku Le Drame des Juifs Europeens (Drama Yahudi Eropah) pada 1964, menegaskan beliau tidak pernah melihat sebarang bukti Yahudi dibunuh beramai-ramai dalam bilik beracun.



Sementara itu, dalam buku tulisan profesor Universiti Northwestern, Amerika bertajuk The Hoax of The Twentieth Century, Dr Arthur Butz, menegaskan meskipun ramai juga Yahudi yang dibunuh oleh Nazi, mereka bukan menjadi mangsa pembersihan etnik dan pembunuhan beramai-ramai. Butz berkata, setengah juta mati dalam kem tahanan Nazi ketika Perang Dunia Kedua tetapi sejumlah kecil daripada mereka Yahudi. Usaha menyangkal pembohongan ini diperkukuhkan oleh badan bebas yang ditubuhkan di Costa Mesa, California pada 1979 dan dikenali sebagai Institut Kajian semula Sejarah (IHR). Dan, seperti lazimnya, usaha membongkar kebenaran ini mendapat tentangan hebat Yahudi terutama daripada Jawatankuasa Yahudi Amerika (AJC) dan Liga Anti-Fitnah (ADL), sebuah badan Yahudi yang berusaha keras mendokong kisah Holocaust ini.



Bukti tetap bukti dan hakikat ini turut diakui oleh seorang sejarawan Yahudi, David Cole yang melawat Auschwitz pada lewat 1992. Dalam lawatannya itu beliau merakam temu ramah dengan Ketua Kurator Muzium Holocaust di kem itu, Dr Fransiszek Piper. Dalam temuramah itu, Piper mengakui bahawa bilik gas beracun yang ditunjukkan di kem itu untuk tatapan berjuta pelancong dunia, sebenarnya diubah suai oleh tentera Russia selepas perang. Berikutan itu, Cole menegaskan, kenyataan Piper ini membuktikan kenyataan Irwing. Lebih mengejutkan apabila Ketua Mahkamah Agung Amerika, Harlan Fiske Stone, menyatakan Perbicaraan Nuremberg yang ditubuhkan bagi membicarakan pesalah jenayah perang Jerman sebenarnya adalah adalah usaha peringkat tertinggi menghancurkan Jerman.



Pesalah jenayah perang Nazi pada perbicaraan itu yang sebelum ini menjadi Pemerintah Aushwitz, Rudolf Hess, juga menyatakan beliau didera dan diugut untuk membuat pengakuan bahawa kem itu, membunuh dua juta Yahudi di dewan bunuh beracun berkenaan.



Ditegaskan sekali lagi Holocaust sebenarnya digunakan untuk memastikan agenda Yahudi menguasai dunia. Ia juga digunakan sebagai cara mewajarkan sumbangan berbilion dolar oleh Washington kepada Israel serta menutup mulut masyarakat dunia terhadap kezaliman Zionis dan Yahudi ini membunuh rakyat Palestin. Seperti yang ditegaskan oleh Profesor W D Rubinstein dari Australia dalam Quadrant (Australia, September 1979, halaman 27), ? Jika Holocaust ini berjaya dibuktikan sebagai palsu, maka senjata terkuat propaganda Israel ini akan roboh berkecai?. Ia diakui sendiri oleh masyarakat Yahudi, yang menyatakan Holocaust ini adalah satu perniagaan yang menguntungkan. Ini didokumenkan menerusi tulisan seorang Yahudi, Jocobo Timerman dalam bukunya The Longest War. Beliau menyatakan ramai rakyat Israel menganggap Holocaust ini seperti agama baru. Katanya perkataan Holocaust ini berasal dari Hebrew iaitu Shoah dan katanya lagi, tiada perniagaan lain yang sama seperti Holocaust.



Media Yahudi menggambarkan betapa Holocaust ini adalah orang Yahudi yang tidak bersalah tetapi sebenarnya membawa mesej perkauman dan menentang hak asasi penganut agama lain atau golongan yang tidak sealiran dengan mereka, tulis Mark Weber dari IHR.



Kebenaran pasti akan muncul, meskipun kerajaan Barat terutama Amerika menyekat sebarang perbahasan terbuka mengenai Holocaust. Golongan yang ingin mengadakan perbincangan terbuka sering diugut dan dianiaya oleh pelampau Yahudi. Malah, jika ada pemimpin dunia yang cuba mengetengahkan fakta sebenarnya mengenai pengaruh Yahudi, pasti beliau akan diserang dengan pelbagai tuduhan seperti anti-Semitik, senasib dengan Hitler.



Jika benar Yahudi betul, mereka seharusnya berani membiarkan kajian mengenai Holocaust ini diteruskan tanpa sebarang campur tangan atau ugutan. Jika permintaan ini tidak dilayan malah diugut, masyarakat dunia masa kini berhak meragui dan berasa sangsi terhadap Yahudi dan penyokongnya. Keadilan dan kebenaran perlu diketengahkan meskipun pahit atau akhirnya mungkin terpaksa mengakui Hitler adalah wira. "

sejarah awal

Adolf Hitler telah menjadi Pengerusi Parti Nazi pada 29 Julai 1921 dan terus memulakan program untuk menjadikan parti ini sebagai sebuah organisasi pemberontak yang radikal. Pada tahun yang sama, beliau telah menubuhkan "Storm Troopers" (atau dalam Jerman Sturmabteilung). Pasukan ini pada mulanya merupakan pasukan penjaga peribadi bagi Hitler, tetapi kemudiannya diperalatkan untuk mengembangkan pengaruh parti Nazi melalui intimidasi, ketakutan dan serangan ganas terhadap parti politik yang lain.

Pada awal penubuhannya, gerakan parti ini terbatas di Munich iaitu ibu negeri Bavaria. Pada 1923, parti ini diharamkan setelah ahlinya gagal dalam percubaan untuk menjatuhkan kerajaan Bavaria di dalam satu peristiwa yang dikenali sebagai "Beer Hall Putsch". Pemberontakan selama dua hari ini telah ditumpaskan oleh pihak berkuasa Munich dan beberapa ahli Nazi telah terbunuh. Hitler dan para penasihatnya telah disabitkan dengan kesalahan dan dipenjarakan atas tuduhan khianat. Parti Nazi kemudiannya berkubur selama dua tahun iaitu antara 1923 hingga 1925.Hitler telah dipenjarakan di penjara Landsberg di mana dia menggunakan masanya untuk menulis bukunya yang bertajuk Mein Kampf (yang bermaksud perjuanganku), yang menceritakan bagaimana beliau akan kembali semula ke arena politik selepas beliau dibebaskan dari penjara.